Visigoth dan Ostrogoth adalah dua anak bangsa Goth, keturunan suku bangsa
Jermania yang berasal dari Gothland (Swedia) yang bermigrasi ke wilayah Laut
Hitam pada tahun 257 M. Mereka terpencar menjadi 2 suku bangsa Ostrogoth dan
Visigoth. Bangsa Visigoth kemudian bermukim di Dacia, tepi selatan Sungai
Donau, hingga 376 M atas perkenan Kaisar imperium Romawi
Valens. Ketika daerah tersebut dilanda kelaparan, dan entah mengapa
sampai Roma tidak mau memberi makanan, mereka pun
memberontak dan mengobarkan peperangan melawan Kekaisaran
Romawi untuk selama 6 tahun. Dalam Pertempuran Adrianople 378 M, mereka membantai tentara Romawi dan membunuh kaisar Valens.
Migrasi bangsa Goth dari tempat asal di Swedia ke arah
Laut Hitam pada tahun 257 M
(https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2d/Invasions_of_the_Roman_Empire_1.png)
Tatkala
kaisar baru Romawi Theodosius I naik tahta serta merta ia membuat perjanjian
perdamaian dengan Visigoth, namun ketika Theodosius I wafat dan digantikan oleh anak-anaknya Arcadius di timur dan Honorius di barat, semenjak itu pula perjanjian perdamaian dengan Visigoth
pupus. Konsekuensi dari gugurnya perjanjian perdamaian tersebut, Kaisar Honorius memerintahkan
legiun Romawi menyerang Visigoth pada tahun 408 M. Dalam penyerangan tersebut bala
tentara Romawi secara keji membantai 30.000
keluarga Visigoth. Akibatnya
raja Visigoth, Alaric I, murka dan ia pun bersumpah untuk
membalas kebiadaban dengan mengumumkan perang total pada tanggal
24 Agustus 410
M. Pasukan
Visigoth dengan gemilang menaklukkan legiun Romawi serta menguasai kota Roma hingga ibukota Romawi terpaksa dipindahkan ke Ravenna.
Semenjak
itu pula Kekaisaran Romawi menurun hingga akhirnya tumbang pada tahun 418 M.
Seiring
dengan berjalannya waktu, bangsa Visigoth yang telah memiliki
rasa percaya
diri itu segera memproklamasikan berdirinya Kerajaan
Visigoth. Dengan gemilang kemudian mereka menganeksasi provinsi Aquitaine di Prancis Selatan, suatu daerah yang sangat subur karena telah diolah oleh bangsa Romawi. Lebih lanjut, di bawah kepemimpinan Raja Wallia, bangsa Visigoth pada tahun 429 M bergerak ke selatan seraya menggusur suku Vandal dari semenanjung Iberia ke Afrika Utara.
Migrasi bangsa Visigoth ke Iberia menggusur bangsa Vandal
serta penyerangan Roma.
(https://www.google.com/search?site=&tbm=isch&source=hp&biw=1366&bih=696&q=map+of+visigothic+kingdom&oq=Map+of+Visigoth&gs_l=img.)
Agama Kristen Arian Dalam Kehidupan
Bangsa Visigoth
Pada awal berdirinya
Kerajaan Visigoth, para raja mereka beserta rakyat menganut ajaran Kristen Arian, sebuah pandangan kristologis yang
dianut oleh para pengikut Arius, seorang Kristen Presbiter yang hidup dan mengajar di Alexandria, Mesir (250-336 M). Arius
mengajarkan bahwa Yesus adalah
juga “makhluk ciptaan Ilahi” sebelum Inkarnasi. Pandangan
tersebut menimbulkan konfrontasi doktriner besar pertama dalam Gereja terutama setelah agama
Kristen dilegalisasi menjadi
agama resmi Kekaisaran Romawi oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Oleh karena itu Kaisar Konstantin I
(306-337 M) menghimpun para uskup Kristen ke dalam Konsili Eukumene I pada
tahun 325 M, dengan tujuan membahas masalah kristologis yang mereka hadapi.
Hasilnya adalah lahirnya Konsili Nicea I yang hanya mengakui Trinitarian serta
menolak paham Unitarian Kristen Arian. Sekalipun demikian Arianisme masih
bertahan untuk kurun
waktu yang tidak terlalu lama ke depan. Terutama di sejumlah suku Jermania
di Eropa Barat,
khususnya suku-suku Goth dan Longobard, walaupun akhirnya paham
Trinitarianisme yang menang secara teologis dan
politik.
Setelah
bangsa Visigoth berhasil mengusir bangsa Vandal ke Afrika Utara, semenanjung
Iberia mengenyam kehidupan yang penuh toleransi dalam beragama. Umat Yahudi dan
Nasrani hidup dalam koeksistensi damai dan saling menghormati, semua mempunyai
hak yang setara dalam berniaga atau pun mengembangkan profesi masing-masing,
akibatnya masyarakat Visigoth hidup makmur.
Kehidupan
Beragama Setelah Dikalahkan Suku Franka
Pada tahun 509 M suku Franka, yang
telah menguasai Prancis Utara, berupaya menerobos ke Mediterania di bawah
pimpinan raja muda Klovis. Kaum Franka berhasil mangalahkan dan merebut Kerajaan Visigoth di Galia, kecuali jalur pesisir sempit Septimania. Salah satu alasan mengapa suku Franka memusuhi suku Visigoth adalah karena suku Franka penganut agama Katolik sedangkan suku Visigoth Kristen Arian.
Setelah pertempuran besar di Vouillé (507 M) antara
pasukan Klovis dari suku Franka melawan pasukan Alluric II dari Visigoth yang dimenangi suku Franka, sebagian besar wilayah Prancis Selatan jatuh
ke tangan suku Franka. Walaupun
terdesak akan
tetapi kendali Visigoth di Iberia semakin kuat dengan takluknya
suku Suebi dan Basque. Bangsa Visigoth pun
pindah ke Iberia, dan
di sana mereka mendirikan ibukota yang baru di Toledo,
sehingga kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Toledo.
Arianisme
sejak itu sudah tidak lagi memainkan peran teologis penting dalam kehidupan beragama bangsa Visigoth
sebab mereka telah beralih memeluk Kristen Nicene
atau agama Katolik pada tahun 589 M. Begitu
pula bahasa Goth mulai menghilang karena jarang digunakan sebagai bahasa gereja. Sekalipun demikian ternyata gereja
masih memberikan pengaruh besar terhadap urusan sekuler melalui Konsili Toledo yang memungkinkan Visigoth mengembangkan legislasi sekular paling banyak
di Eropa Barat, yakni Lieber Iudiciorum (dipenuhi pada
tahun 654 M), yang menjadi dasar bagi hukum Spanyol selama Abad Pertengahan. Diskriminasi etnis
antara penduduk asli Hispania-Romawi dengan bangsa Visigoth mulai sirna.
Memburuknya Kondisi Sosio-Ekonomi
Kerajaan Visigoth
Semula
tingkat ekonomi Kerajaan Visigoth cukup kuat akibat tingkat produktivitas yang
tinggi. Dalam membangun ketahanan ekonomi mereka, bangsa Visigoth mempraktikkan Latifundium, yaitu sebuah praktik pengolahan tanah yang dikerjakan oleh para budak. Pada zaman Visigoth, budak tidak diizinkan menebus diri mereka, sehingga mereka tetap
berprofesi sebagai buruh tani yang dibayar sangat murah, cukup untuk menutup
kebutuhan primer mereka. Pada sisi lain para tuan tanah menjadi semakin kaya. Oleh sebab itu
kekuatan ekonomi Visigoth bersandar kepada pertanian atau perkebunan berbasis
perbudakan.
Namun
sejak tahun 600 M hingga tahun 700 M, kekuasaan
raja-raja Visigoth menjadi semakin lemah. Mereka tidak lagi
memiliki kekuasaan yang besar, sebab mereka dengan royal menghadiahkan sebagian
besar tanah milik mereka kepada para
pendukung mereka. Di samping itu para raja tidak cukup kuat untuk menarik
pajak.
Sejak berada
di bawah pimpinan Raja Roderick kondisi sosial, politik dan ekonomi Visigoth bukannya meningkat akan tetapi sebaliknya semakin melorot
ke dalam kondisi yang menyedihkan.
Secara politik, wilayah Iberia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam
beberapa negeri kecil.
Keadaan semakin parah
ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Hispalis ke Toletum,
sementara Wittiza pada saat itu
adalah penguasa
atas wilayah Toletum. Untuk merealisasikan maksudnya Roderick menghentikan pemerintahan Wittiza dengan paksa. Sikap sewenang-wenag Roderick memancing
amarah dari Oppas dan Achilla, kakak dan anak
Wittiza. Menurut Achila, putra dan penerus tahta Wittiza, perbuatan
keji Roderick ditujukan
agar dirinya terhalang menaiki tahta Kerajaan Visigoth. Kudeta tersebut kabarnya
didukung oleh senat, yang berunsurkan kaum aristokrat
terkemuka serta beberapa
uskup. Meskipun demikian keterlibatan
para uskup dalam kudeta tersebut tidaklah dapat diartikan sebagai restu resmi
dari gereja, sebab gereja sejak masa pemerintahan Reccared I merupakan badan yang dominan dalam penentuan suksesi Kerajaan Visigoth.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan
Julian, penguasa wilayah Ceuta.
Kabarnya Florinda putri kesayangan Julian yang cantik jelita yang dikirim ke
Visigoth untuk menuntut ilmu diperkosa oleh Roderick. Perilaku Roderick yang
terkutuk itu tentu tidak dapat dibenarkan oleh Julian, sehingga Julian marah
besar serta terdorong membuat surat kepada Khalifah Dinasti Umayyah di
Damaskus.
Bersamaan dengan itu penguasa Gothik bersikap tidak
toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran
Monofisit, yang memaksa
penduduk negri harus beragama sealiran dengan rajanya. Umat Yahudi dibenci dan
dipaksa untuk dibaptis
menurut agama Kristen
yang artinya dipaksa pindah agama menjadi Katolik. Yang tidak
bersedia disiksa, bahkan dibunuh
secara brutal. Akhirnya, ribuan orang Yahudi banyak yang melarikan diri ke Pyrennes di barat daya Prancis. Akibat
perlakuan yang keji tersebut, kaum Yahudi adalah kelompok
yang paling tersiksa, mereka yang tidak mampu melarikan diri mereka tetap
berdiam di koloni-koloni Yahudi seraya membangun kantong-kantong perlawanan dan
pemberontakkan.
Pada
hal penganut agama Yahudi tercatat
sebagai komponen kedua terbesar
dari penduduk Iberia. Lagi
pula keahlian mereka dibutuhkan untuk menunjang perekonomian bangsa, sebab
umumnya mereka adalah profesional yang trampil dalam bidang pertanian,
peternakan, pertambangan, industri dan perdagangan. Akibatnya hektaran
tanah dibiarkan telantar tanpa digarap, pabrik terpaksa ditutup, dan jalan
raya antar daerah tidak
terawat.
Lebih lanjut
syariat agama Kristen
Unitarian (Arian)
oleh kerajaan banyak
yang dianggap bid'ah. Perayaan agama seperti Paskah, pelaksanaan hukum makanan,
dan pernikahan agamis mereka
dilarang.
Rakyat terpecah ke dalam
sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan
ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti
kedatangan juru pembebas
serta kesempatan yang baik untuk melakukan perlawanan.
Gunjang-ganjing
politik kerajaan Visigoth pada gilirannya menggerus kekuatan militer Raja Roderick.
Apalagi inti dari pasukan Visigoth terdiri dari para budak, yang jiwa
keprajuritannya jauh dari memuaskan, karena bukan saja tidak terlatih tapi juga
loyalitas sebagai tentara jauh dari yang diharapkan. Walaupun jumlah tentaranya
sekitar 100.000 orang namun tingkat efektivitasnya jauh dari yang diharapkan.
Runtuhnya Kerajaan Visigoth
Dampak
menurunnya ketahanan bangsa Visigoth akibat akumulasi faktor-faktor sosial,
yang berdampak menimbulkan kegagalan dalam reorganisasi pasukan kerajaan, salah
urus pemerintahan, penistaan agama serta dekadensi moral sang raja menimbulkan rasa
ketidak puasan rakyat
yang berkembang menimbulkan intrik-intrik
dan gejolak-gejolak
politik di seantero negri.
Kondisi demikian bagaikan
bola salju mengancam stabilitas kerajaan. Rakyat
menjadi gelisah sehingga mendambakan datangnya ‘ratu adil’ dari seberang selat,
yaitu daulat dinasti Umayyah yang menjalankan pemerintahan atas dasar ajaran
Islam yang rahmatan lil alamin.
Akhirnya
dengan terpaksa Gubernur Ceuta Julian beserta Oppas dan Achilla, yang adalah
kakak dan putra Wittiza, bertekad menjatuhkan Roderick dengan meminta bantuan
Kekhalifahan Umayyah di Afrika Utara. Oleh sebab itu Khalifah yang berkedudukan
di Damaskus memerintahkan Sang Jendral Legendaris Taric el Tuerto untuk segera
menginvasi ke Kerajaan Visigoth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar