Selasa, 13 September 2016

BAB 1 KERAJAAN VISIGOTH IBERIA

Visigoth dan Ostrogoth adalah dua anak bangsa Goth, keturunan suku bangsa Jermania yang berasal dari Gothland (Swedia) yang bermigrasi ke wilayah Laut Hitam pada tahun 257 M. Mereka terpencar menjadi 2 suku bangsa Ostrogoth dan Visigoth. Bangsa Visigoth kemudian bermukim di Dacia, tepi selatan Sungai Donau, hingga 376 M atas perkenan Kaisar imperium Romawi Valens. Ketika daerah tersebut dilanda kelaparan, dan entah mengapa sampai Roma tidak mau memberi makanan, mereka pun memberontak dan mengobarkan peperangan melawan Kekaisaran Romawi untuk selama 6 tahun. Dalam Pertempuran Adrianople 378 M, mereka membantai tentara Romawi dan membunuh kaisar Valens.
Migrasi bangsa Goth dari tempat asal di Swedia ke arah Laut Hitam pada tahun 257 M
(https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2d/Invasions_of_the_Roman_Empire_1.png)
Tatkala kaisar baru Romawi Theodosius I naik tahta serta merta ia membuat perjanjian perdamaian dengan Visigoth, namun ketika Theodosius I wafat dan digantikan oleh anak-anaknya Arcadius di timur dan Honorius di barat, semenjak itu pula perjanjian perdamaian dengan Visigoth pupus. Konsekuensi dari gugurnya perjanjian perdamaian tersebut, Kaisar Honorius memerintahkan legiun Romawi  menyerang Visigoth pada tahun 408 M. Dalam penyerangan tersebut bala tentara Romawi secara keji membantai 30.000 keluarga Visigoth. Akibatnya raja Visigoth, Alaric I, murka dan ia pun bersumpah untuk membalas kebiadaban dengan mengumumkan perang total pada tanggal 24 Agustus 410 M. Pasukan Visigoth dengan gemilang menaklukkan legiun Romawi serta menguasai kota Roma hingga ibukota Romawi terpaksa dipindahkan ke Ravenna. Semenjak itu pula Kekaisaran Romawi menurun hingga akhirnya tumbang pada tahun 418 M.



Seiring dengan berjalannya waktu, bangsa Visigoth yang telah memiliki rasa percaya diri itu segera memproklamasikan berdirinya Kerajaan Visigoth. Dengan gemilang kemudian mereka menganeksasi provinsi Aquitaine di Prancis Selatan, suatu daerah yang sangat subur karena telah diolah oleh bangsa Romawi. Lebih lanjut, di bawah kepemimpinan Raja Wallia, bangsa Visigoth pada tahun 429 M bergerak ke selatan seraya menggusur suku Vandal dari semenanjung Iberia ke Afrika Utara.

Migrasi bangsa Visigoth ke Iberia menggusur bangsa Vandal serta penyerangan Roma.
(https://www.google.com/search?site=&tbm=isch&source=hp&biw=1366&bih=696&q=map+of+visigothic+kingdom&oq=Map+of+Visigoth&gs_l=img.)
Agama Kristen Arian Dalam Kehidupan Bangsa Visigoth
Pada awal berdirinya Kerajaan Visigoth, para raja mereka beserta rakyat menganut ajaran Kristen Arian,  sebuah pandangan kristologis yang dianut oleh para pengikut Arius, seorang Kristen Presbiter yang hidup dan mengajar di Alexandria, Mesir (250-336 M). Arius mengajarkan bahwa Yesus adalah juga “makhluk ciptaan Ilahi sebelum Inkarnasi. Pandangan tersebut menimbulkan konfrontasi doktriner besar pertama dalam Gereja terutama setelah agama Kristen dilegalisasi menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Oleh karena itu Kaisar Konstantin I (306-337 M) menghimpun para uskup Kristen ke dalam Konsili Eukumene I pada tahun 325 M, dengan tujuan membahas masalah kristologis yang mereka hadapi. Hasilnya adalah lahirnya Konsili Nicea I yang hanya mengakui Trinitarian serta menolak paham Unitarian Kristen Arian. Sekalipun demikian Arianisme masih bertahan untuk kurun waktu yang tidak terlalu lama ke depan. Terutama di sejumlah suku Jermania di Eropa Barat, khususnya suku-suku Goth dan Longobard, walaupun akhirnya paham Trinitarianisme yang menang secara teologis dan politik.
Setelah bangsa Visigoth berhasil mengusir bangsa Vandal ke Afrika Utara, semenanjung Iberia mengenyam kehidupan yang penuh toleransi dalam beragama. Umat Yahudi dan Nasrani hidup dalam koeksistensi damai dan saling menghormati, semua mempunyai hak yang setara dalam berniaga atau pun mengembangkan profesi masing-masing, akibatnya masyarakat Visigoth hidup makmur.
Kehidupan Beragama Setelah Dikalahkan Suku Franka
Pada tahun 509 M suku Franka, yang telah menguasai Prancis Utara, berupaya menerobos ke Mediterania di bawah pimpinan raja muda Klovis. Kaum Franka berhasil mangalahkan dan merebut Kerajaan Visigoth di Galia, kecuali jalur pesisir sempit Septimania. Salah satu alasan mengapa suku Franka memusuhi suku Visigoth adalah karena suku Franka penganut agama Katolik sedangkan suku Visigoth Kristen Arian.
Setelah pertempuran besar di Vouillé (507 M) antara pasukan Klovis dari suku Franka melawan pasukan Alluric II dari Visigoth yang dimenangi suku Franka, sebagian besar wilayah Prancis Selatan jatuh ke tangan suku Franka. Walaupun terdesak akan tetapi kendali Visigoth di Iberia semakin kuat dengan takluknya suku Suebi dan Basque. Bangsa Visigoth pun pindah ke Iberia, dan di sana mereka mendirikan ibukota yang baru di Toledo, sehingga kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Toledo.
Arianisme sejak itu sudah tidak lagi memainkan peran teologis penting dalam kehidupan beragama bangsa Visigoth sebab mereka telah beralih memeluk Kristen Nicene atau agama Katolik pada tahun 589 M. Begitu pula bahasa Goth mulai menghilang karena jarang digunakan sebagai bahasa gereja. Sekalipun demikian ternyata gereja masih memberikan pengaruh besar terhadap urusan sekuler melalui Konsili Toledo yang memungkinkan Visigoth mengembangkan legislasi sekular paling banyak di Eropa Barat, yakni Lieber Iudiciorum (dipenuhi pada tahun 654 M), yang menjadi dasar bagi hukum Spanyol selama Abad Pertengahan. Diskriminasi etnis antara penduduk asli Hispania-Romawi dengan bangsa Visigoth mulai sirna.
Memburuknya Kondisi Sosio-Ekonomi Kerajaan Visigoth
Semula tingkat ekonomi Kerajaan Visigoth cukup kuat akibat tingkat produktivitas yang tinggi. Dalam membangun ketahanan ekonomi mereka, bangsa Visigoth mempraktikkan Latifundium, yaitu sebuah praktik pengolahan tanah yang dikerjakan oleh para budak. Pada zaman Visigoth, budak tidak diizinkan menebus diri mereka, sehingga mereka tetap berprofesi sebagai buruh tani yang dibayar sangat murah, cukup untuk menutup kebutuhan primer mereka. Pada sisi lain para tuan tanah menjadi semakin kaya. Oleh sebab itu kekuatan ekonomi Visigoth bersandar kepada pertanian atau perkebunan berbasis perbudakan.
Namun sejak tahun 600 M hingga tahun 700 M, kekuasaan raja-raja Visigoth menjadi semakin lemah. Mereka tidak lagi memiliki kekuasaan yang besar, sebab mereka dengan royal menghadiahkan sebagian besar tanah milik mereka kepada para pendukung mereka. Di samping itu para raja tidak cukup kuat untuk menarik pajak.
Sejak berada di bawah pimpinan Raja Roderick kondisi sosial, politik dan ekonomi Visigoth bukannya meningkat akan tetapi sebaliknya semakin melorot ke dalam kondisi yang menyedihkan. Secara politik, wilayah Iberia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Keadaan semakin parah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Hispalis ke Toletum, sementara Wittiza pada saat itu adalah penguasa atas wilayah Toletum. Untuk merealisasikan maksudnya Roderick menghentikan pemerintahan Wittiza dengan paksa. Sikap sewenang-wenag Roderick memancing amarah dari Oppas dan Achilla, kakak dan anak Wittiza. Menurut Achila, putra dan penerus tahta Wittiza, perbuatan keji Roderick ditujukan agar dirinya terhalang menaiki tahta Kerajaan Visigoth. Kudeta tersebut kabarnya didukung oleh senat, yang berunsurkan kaum aristokrat terkemuka serta beberapa uskup. Meskipun demikian keterlibatan para uskup dalam kudeta tersebut tidaklah dapat diartikan sebagai restu resmi dari gereja, sebab gereja sejak masa pemerintahan Reccared I merupakan badan yang dominan dalam penentuan suksesi Kerajaan Visigoth.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Julian, penguasa wilayah Ceuta. Kabarnya Florinda putri kesayangan Julian yang cantik jelita yang dikirim ke Visigoth untuk menuntut ilmu diperkosa oleh Roderick. Perilaku Roderick yang terkutuk itu tentu tidak dapat dibenarkan oleh Julian, sehingga Julian marah besar serta terdorong membuat surat kepada Khalifah Dinasti Umayyah di Damaskus.
Bersamaan dengan itu penguasa Gothik bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, yang memaksa penduduk negri harus beragama sealiran dengan rajanya. Umat Yahudi dibenci dan dipaksa untuk dibaptis menurut agama Kristen yang artinya dipaksa pindah agama menjadi Katolik. Yang tidak bersedia disiksa, bahkan dibunuh secara brutal. Akhirnya, ribuan orang Yahudi banyak yang melarikan diri ke Pyrennes di barat daya Prancis. Akibat perlakuan yang keji tersebut, kaum Yahudi adalah kelompok yang paling tersiksa, mereka yang tidak mampu melarikan diri mereka tetap berdiam di koloni-koloni Yahudi seraya membangun kantong-kantong perlawanan dan pemberontakkan.
Pada hal penganut agama Yahudi tercatat sebagai komponen kedua terbesar dari penduduk Iberia. Lagi pula keahlian mereka dibutuhkan untuk menunjang perekonomian bangsa, sebab umumnya mereka adalah profesional yang trampil dalam bidang pertanian, peternakan, pertambangan, industri dan perdagangan. Akibatnya hektaran tanah dibiarkan telantar tanpa digarap, pabrik terpaksa ditutup, dan jalan raya antar daerah tidak terawat.
Lebih lanjut syariat agama Kristen Unitarian (Arian) oleh kerajaan banyak yang dianggap bid'ah. Perayaan agama seperti Paskah, pelaksanaan hukum makanan, dan pernikahan agamis mereka dilarang.
Rakyat terpecah ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas serta kesempatan yang baik untuk melakukan perlawanan.
Gunjang-ganjing politik kerajaan Visigoth pada gilirannya menggerus kekuatan militer Raja Roderick. Apalagi inti dari pasukan Visigoth terdiri dari para budak, yang jiwa keprajuritannya jauh dari memuaskan, karena bukan saja tidak terlatih tapi juga loyalitas sebagai tentara jauh dari yang diharapkan. Walaupun jumlah tentaranya sekitar 100.000 orang namun tingkat efektivitasnya jauh dari yang diharapkan.
Runtuhnya Kerajaan Visigoth
Dampak menurunnya ketahanan bangsa Visigoth akibat akumulasi faktor-faktor sosial, yang berdampak menimbulkan kegagalan dalam reorganisasi pasukan kerajaan, salah urus pemerintahan, penistaan agama serta dekadensi moral sang raja menimbulkan rasa ketidak puasan rakyat yang berkembang menimbulkan intrik-intrik dan gejolak-gejolak politik di seantero negri. Kondisi demikian bagaikan bola salju mengancam stabilitas kerajaan. Rakyat menjadi gelisah sehingga mendambakan datangnya ‘ratu adil’ dari seberang selat, yaitu daulat dinasti Umayyah yang menjalankan pemerintahan atas dasar ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.
Akhirnya dengan terpaksa Gubernur Ceuta Julian beserta Oppas dan Achilla, yang adalah kakak dan putra Wittiza, bertekad menjatuhkan Roderick dengan meminta bantuan Kekhalifahan Umayyah di Afrika Utara. Oleh sebab itu Khalifah yang berkedudukan di Damaskus memerintahkan Sang Jendral Legendaris Taric el Tuerto untuk segera menginvasi ke Kerajaan Visigoth.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar