Selasa, 13 September 2016

BAB 3. PUNCAK KEJAYAAN PERADABAN ISLAM ANDALUSIA

Renaissance yang pernah membara di pusat agama Katolik Romawi pada abad ke-14 hingga abad ke-17 bukanlah suatu kejadian yang spontan tanpa sebab. Kalau dipandang dari hukum kausalitas, jelas merupakan resultante dari rangkaian peristiwa nan panjang yang tidak dapat dipisahkan dari peran Islam ketika menguasai Spanyol untuk selama hampir 8 abad. Selama era pendudukan tersebut, Andalusia berkembang pesat dan kota-kotanya, seperti kota Kordoba dan Granada menjadi pusat-pusat peradaban Islam yang sangat penting. Bahkan kedua kota tersebut dalam segi pendidikan dan kebudayaan dianggap menyaingi Baghdad di Timur.
Oleh sebab itu banyak orang-orang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara tergiur belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di kedua kota tersebut. Kehadiran mereka disambut baik bukan saja oleh para dosen, mahasiswa Arab dan Moor, bahkan pula pemerintah Andalusia. Di Andalusia mereka hidup dengan tenang, aman, penuh kedamaian, dalam toleransi yang tinggi, bebas berimajinasi akibat tersedianya mimbar bebas untuk mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra mereka. Tidak sedikit dari mereka, yang non-muslim, menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam pemerintahan Islam Andalusia. Mereka pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka baik itu di dalam gereja maupun sinagog tanpa rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.
FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN
Kemajuan Andalusia ditentukan oleh hadirnya penguasa-penguasa yang tangguh dan berwibawa, seperti Abd Al Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al-Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir. Para pemimpin tersebut memiliki kemampuan mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam. Kemudian, Andalusia memiliki pemimpin-pemimpin yang mempunyai keinginan sama, yaitu menyinambungkan (carry over) kegiatan-kegiatan ilmiah di antara penguasa-penguasa dinasti Umayyah di Spanyol, yang dalam hal ini dipelopori oleh Muhammad Ibn Abd Al-Rahman (852-886) dan Al-Hakam II Al-Muntashir (961-976).
Masyarakat Muslim Andalusia merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik dari suku Arab Barat, Selatan maupun suku Berber atau Moor. Dengan ditegakkannya kebersamaan di antara komunitas-komunitas tersebut, maka mereka pun menjalin kerja sama sebaik-baiknya sehingga mampu menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Selanjutnya pemerintah kekhalifahan membuat kebijaksanaan guna menciptakan suasana yang kondusif melalui pembinaan toleransi beragama di antara Muslim dengan non-Muslim, yaitu pemeluk agama Yahudi dan Kristen. Adapun tujuannya adalah agar mereka bergairah membangun ukhuwah wathoniyah dalam kebersamaan, sehingga terbuka akses untuk bersama-sama mewujudkan peradaban Andalusia. Agar tujuan tersebut sukses adanya, bagi kaum Kristen dan Yahudi dipersilahkan menjalani ibadah mereka masing-masing di gereja atau sinagog. Bahkan bagi mereka disediakan pula peradilan agama dengan hakim-hakim khusus dari puak mereka sendiri, yang dengan demikian mereka diharapkan dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Dengan cara demikian Andalusia menjadi kuat dan tingkat peradabannya pun meningkat.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya antara Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam tampaknya terpecah namun pada jiwa mereka tertanam kesatuan politik ketika menghadapi serangan dari dunia luar.
Perpecahan politik pada masa Muluk Al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan Iain-lain berusaha menyaingi Cordoba. Kalau pun sebelumnya Cordoba merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk Al-Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.
PUNCAK PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA
Sejak mula pertama menjejakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, sekitar delapan abad lamanya, Islam berhasil membangun peradabannya di sana. Banyak prestasi yang mereka toreh, khususnya dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, teknologi, fikih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra), kemegahan bangunan fisik (mesjid Mezquita Cordoba dan istana Al Hambra Granada).
Pembangunan Fasilitas umum
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga, seperti pembangunan sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang sebelumnya tidak dikenal. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan cara begitu, tentu akan mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol: Noria). Di samping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun zaitun dan taman-taman.
Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Andalusia Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordoba, kota Al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
Cordoba
Cordoba adalah ibu kota Hispana yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan: bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Salah satu bangunan kebanggaan Cordoba adalah masjid Mezquita.



Jembatan besar menuju Mezquita. 

Mezquita Cordoba dibangun pada tahun 786 M, atau 75 tahun setelah pasukan Islam menguasai Spanyol. Khalifah Bani Umayyah, Abdurrahman III, memulai renovasi Mezquita dengan menambahkan sejumlah 1293 pilar kayu berukir sebagai penopang, 19 pintu berlapiskan perunggu yang dihiasi dengan ukiran yang menakjubkan. Hiasan dindingnya diwarnai unsur flora serta inskripsi dari Al-Qur’an dalam bentuk ukiran kapur, kaca, marmer, dan mozaik emas. Panjang Mezquita sekitar 175 m dengan lebar 134 m, dan tinggi 20 m.  
Jalan sepanjang sungai yang menuju Mezquita ditanami deretan pohon jeruk dengan buah-buah ranum yang berwarna oranye bergelantungan, seolah-olah menyambut jamaah yang hendak memasuki patio de los naranjos Mezquita. Di dalam kompleks Mezquita terdapat taman yang penuh dengan deretan pohon jeruk yang ditanami secara simetris serta dikelilingi oleh

deretan pilar-pilar. Apabila angin semilir berembus kesegaran kompleks Mezquita terasa seolah-olah meningkat. Itulah peninggalan taman-taman jeruk bangsa Moor yang tertata demikian indah, menandakan di samping mereka memiliki rasa estetika yang demikian tinggi mereka pun sangat menyukai jeruk.

Kiri: Bagian interior Mezquita dengan mihrab terletak di tengah. Lihat pilar di Mezquita dengan lengkungan di atasnya, persis menyerupai pilar Masjid Nabawi di Madinah. Kanan: patio de los naranjos Mezquita.

Mezquita memiliki mihrab yang menghadap ke kiblat di Makkah. Mihrab menjadi bangunan sentral Mezquita sebab merupakan tempat imam memimpin shalat, di samping sering dimanfaatkan oleh umat untuk mendekatkan diri seraya memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT. Oleh umat Muslim Andalusia mihrab tersebut dibangun sedemikian indah dan disertai ukiran khas Arab yang berwarna cerah.
Deretan pilar di dalam Mezquita dengan sisi atas yang melengkung seperti tapal kuda, serta diwarnai dengan garis-garis merah yang mengapit kotak-kotak putih, tampak begitu indah. Penataan demikian mirip dengan pilar-pilar yang ada di Masjid Nabawi, Madinah. Kekhasan tersebut ternyata hingga kini masih terlihat dan tampaknya dipelihara oleh penguasa Spanyol dengan rapih, sekalipun Mezquita telah berubah fungsi menjadi katedral.
Pada masanya Mezquita sanggup menampung lebih dari sepuluh ribu umat untuk melakukan shalat berjamaah. Pada masa itu pula, keagungan dan kehebatan Mezquita mencerminkan kemakmuran dan kesejahteraan Andalusia. Kesemarakan Masjid ditandai dengan 4700 buah lampu yang menerangi Masjid saat malam hari, dan itu membutuhkan 11 ton minyak per tahun.
Cordoba yang saat itu merupakan ibukota Kekhalifahan Bani Umayyah bukan saja menjadi pusat perdagangan melainkan pula sebagai pusat ilmu pengetahuan. Masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat segala aktivitas. Ada sejumlah 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis Al-Qur’an. Khalifah menggratiskan anak-anak kaum dhuafa untuk belajar di sekolah yang ada di Masjid. Perpustakaan Masjid Cordoba menjadi ladang bagi orang-orang yang haus ilmu pengetahuan. Setiap tahun perpustakaan dikunjungi lebih dari 400.000 orang. Tak hanya Muslim, tapi kaum non Muslim pun turut mereguk ilmu dari perpustakaan. Salah satunya adalah Paus Sylvester II, pemimpin kaum Katholik.
Perguruan tinggi Islam Cordoba melahirkan begitu banyak ulama dan ilmuwan besar, di antaranya Ibnu Rusyd (ahli fikih, filsuf dan dokter), Ibnu Hazm (sastrawan, ahli fikih, juga pakar studi perbandingan agama), Al-Qurthubi (ahli tafsir), Ibnu Bajjah (ahli matematika), Ibnu Thufayl (dokter dan filsuf), Al-Zahrawi (ahli bedah) hingga Al-Idrisi, seorang kartografer dan geographer. 


                                     Gedung perpustakaan Ibnoe Rusyd di kompleks Mezquita.
(h http://images.fineartamerica.com/images)
Namun setelah Raja Spanyol menaklukkan Cordoba kembali, semenjak itu pula umat Islam dilarang shalat serta bersujud di Mezquita. Pada hal menurut Mansur Escudero, yang juga adalah pemeluk Islam asli Spanyol, menegaskan bahwa umat Islam Spanyol masih menganggap Mezquita Cordoba sebagai monumen Islam yang harus dilestarikan. Jumlah Muslim di Spanyol kini telah mencapai 1 juta, dengan demikian wajar apabila umat Islam berharap agar kehidupan beragama yang penuh toleransi seperti sediakala di era Andalusia pulih kembali. Syangnya Uskup Cordoba, Demetrio Fernandes, menolak upaya umat Muslim tersebut. Menurutnya hal itu seperti berbagi istri antara dua suami.  “Apakah mereka akan senang untuk melakukan hal yang sama di masjid mereka?” katanya seperti dikutip CNN. “Sama sekali tidak. Karena aku mengerti perasaan keagamaan mereka dan mereka harus memahami kita juga. Perasaan religius adalah satu terdalam dalam hati manusia, sehingga tidak mungkin untuk berbagi.”
Sangat disayangkan ketika Mezquita diambil alih oleh Spanyol yang Kristen Katolik, masjid itu pun diubah menjadi gereja. Akibatnya penataan ruangan terpaksa disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan ibadah umat Katolik. Desain mihrab yang dulunya didisain untuk keperluan imam menyampaikan khotbah, kini diubah dengan penambahan altar unuk keperluan misa. Di dinding bagian atas terpampang Salib dengan patung Jesus, lalu di kiri dan kanan di atas podium yang letaknya agak tinggi, tempat pendeta berkhotbah, terpampang lukisan-lukisan. Bahkan semakin ke dalam hingga di bagian tengah, banyak yang diubah, di sisi kanan dijadikan ruangan berisikan bangku-bangku tinggi berukir, dan sisi kiri dijadikan ruang terbuka yang menjadi pusat tempat misa. Di beberapa sisi yang merapat ke dinding, dibuat sekatan membentuk kapel-kapel buat umat Katolik berdoa. Di beberapa sisi terlihat ukiran-ukiran yang sengaja ditambahkan semenjak diakuisisi menjadi gereja.

                                         Lukisan-lukisan yang terpampang di atas altar.
(http://l7.alamy.com/zooms/af5d3e9349e440b7820545c249e6cbde/catholic-altar-inside-the-mosquecathedral-of-cordoba-)
Ada sebuah lukisan yang sengaja dipancang, yakni lukisan yang menggambarkan takluknya penguasa Kekhalifahan Islam terakhir di Spanyol. Beberapa sosok bersorban, sepertinya sultan saat itu, dilukiskan merunduk, menyerahkan kunci kepada Raja yang berdiri angkuh. Tragis.
Granada
Granada adalah benteng pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordoba diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunan di Granada terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur bangsa Moor di Andalusia yang Islam.

Kiri: Panorama Istana Al Hambra Granada dengan latar belakang pegunungan Sierra Nevada. 

Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Di dalam kebun yang indah terdapat kolam-kolam mandi. Pol ataman yang demikian pun dapat di saksikan di Red Fort India, yang dibangun oleh Dinasti Moghuls yang juga Islam.

   Interior istana Al Hambra dibangun untuk Mohammed ben Al-Hamar pada abad ke-13, dinamakan the Palacios Nazaries karena ditempati oleh para sultan Dinasti Nasrid hingga abad ke-15.
(http://www.planetware.com/photos-large/E/spain-alhambra-nasrid-palaces.jpg)

Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, inenara Girilda, dan Iain-lain.
Kemajuan Intelektual
Semenanjung Iberia adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan kemakmuran yang pada gilirannya mendorong kelahiran para pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (mualaf Spanyol), Berber atau Moor (Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk antara daerah Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm yang terkenal.
Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).[32]
Atas inisiatif Al-Hakam (961 -976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga, Cordoba dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordoba. la lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid. Ibnu Rusyd memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme ilmiah Aristotelian. Sikap skeptis terhadap mistisisme adalah basis di mana ia menyerang filsafat Al-Ghazali.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
Studi-studi musikal Islam, seperti telah diprakarsai oleh para teoritikus al-Kindi, Avicenna dan Farabi, telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin sampai periode pencerahan Eropa. Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200, Gundi Salvus, Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de Fulda, dan George Reish dan Iain-lain, menunjuk kepada terjemahan Latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua bukunya yang paling sering disebut adalah De Scientiis dan De Ortu Scientiarum.

 Tari Flamenco yang terkenal dengan detak sepatu si penari, perhatikan mimik mukanya yang berubah-ubah terkesan serius dalam penghayatan ceritera yang dibawakannya. Biasanya diiringi oleh petikan guitar Spanyol.
(http://www.letsgotospain-event.com/images/)

Musik Muslim juga disebarluaskan ke seluruh benua Eropa oleh para “penyanyi-pengembara” dari periode pertengahan ini memperkenalkan banyak instrumen dan elemen-elemen musik Islami. Instrumen-instrumen yang lebih terkenal adalah lute (al-lud), pandore (tanbur) dan gitar (gitara). Kontribusi Muslim yang penting terhadap warisan musik Barat adalah musik mensural dan nilai-nilai mensural dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris di Inggris berasal dari Moorish mentas (Morise). Spanyol banyak menerapkan model-model musikal untuk sajak dan rima syair dari kebudayaan Muslim.
Banyak risalah musikal yang telah di tulis oleh para tokoh Islam seperti Nasiruddin Tusi dan Qutubuddin Asy-Syairazi yang lebih banyak menyusun teori-teori musik.
Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan Iain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. la dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordoba adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Fisika. Kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom), ditulis oleh Abdul Rahman al-Khazini pada tahun 1121, adalah satu karya fundamental dalam ilmu fisika di Abad Pertengahan, mewujudkan “tabel berat jenis benda cair dan padat dan berbagai teori dan kenyataan yang berhubungan dengan fisika.
Trigonometri Pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah, dari Seville, ditulis oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad dua belas, berisi tentang teori-teori trigonometrikal. Hasan al-Marrakusyi telah melengkapi pada tahun 1229 di Maroko, suatu risalah astronomi dengan informasi trigonometri. Karyanya tersebut berisi “tabel sinus untuk setiap setengah derajat, juga tabel untuk mengenal benar-benar sinus, arc sinus dan arc cotangen”
Observatorium Maragha, berdiri pada tahun 1259 di Azerbaijan, Persia, menjadi pusat studi astronomi dan alat-alat (baru) atau untuk memperbaiki alat-alat astronomi, kreatif dan terkenal untuk suatu periode yang singkat. Pusat yang menarik bagi ahli astronomi dan pembuat alat-alat astronomi dari Persia dan mungkin Cina.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.
Geografi. Zamakhsyari (wafat 1144) seorang Persia, menulis Kitabul Amkina waljibal wal Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters). Yaqut menulis Mu’jamul Buldan (The Persian Book of Places), tahun 1228, berupa suatu daftar ekstensif data-data geografis menurut abjad termasuk fakta-fakta atas manusia dan geografi alam, arkeologi, astronomi, fisika dan geografi sejarah. Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), karya al-Qazwini, tahun 1262, ditulis dalam tujuh bagian yang berkaitan dengan iklim. Muhammad ibnu Ali az-Zuhri dari Spanyol, menulis satu risalah teori geografi setelah tahun 1140. Al-Idrisi dari Sisilia, menulis untuk raja Normandia, Roger II, yang kemudian diketahui sebagai sebuah deskripsi geografi yang paling teliti di dunia. Ia juga menggubah ensiklopedia geografi antara tahun 1154 dan 1166 untuk William I. Al-Mazini di Granada telah menulis geografi Islam Timur dan daerah Volga; keduanya didasarkan atas perjalanannya.
PENGARUH PERADABAN ISLAM ANDALUSIA TERHADAP EROPA
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.[50] Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). la melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. la mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. la mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[51] 41 Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Vinesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan, edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 M di Jenewa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordoba, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar