Renaissance
yang pernah membara di pusat agama Katolik Romawi pada abad ke-14 hingga abad
ke-17 bukanlah suatu kejadian yang spontan tanpa sebab. Kalau dipandang dari
hukum kausalitas, jelas merupakan resultante dari rangkaian peristiwa nan panjang
yang tidak dapat dipisahkan dari peran Islam ketika menguasai Spanyol untuk selama hampir 8 abad. Selama era pendudukan tersebut, Andalusia
berkembang pesat dan kota-kotanya, seperti kota Kordoba dan
Granada menjadi pusat-pusat
peradaban Islam yang sangat penting. Bahkan kedua kota tersebut dalam segi pendidikan dan kebudayaan dianggap
menyaingi Baghdad di Timur.
Oleh
sebab itu banyak
orang-orang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara
tergiur belajar
di perguruan-perguruan tinggi Islam di kedua
kota tersebut. Kehadiran
mereka disambut baik bukan saja oleh para dosen, mahasiswa Arab dan Moor, bahkan
pula pemerintah Andalusia. Di Andalusia mereka
hidup dengan tenang, aman, penuh kedamaian, dalam
toleransi yang tinggi, bebas
berimajinasi akibat
tersedianya mimbar bebas untuk
mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra
mereka. Tidak
sedikit dari mereka, yang non-muslim,
menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam pemerintahan Islam Andalusia. Mereka
pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka baik itu di dalam
gereja maupun sinagog tanpa rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu
yang tidak pernah terjadi sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.
FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN
Kemajuan Andalusia ditentukan oleh hadirnya
penguasa-penguasa yang tangguh dan berwibawa, seperti Abd Al Rahman Al-Dakhil,
Abd Al-Rahman Al-Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir. Para pemimpin tersebut memiliki kemampuan mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam. Kemudian, Andalusia memiliki pemimpin-pemimpin yang
mempunyai keinginan sama, yaitu menyinambungkan (carry over) kegiatan-kegiatan
ilmiah di antara penguasa-penguasa dinasti Umayyah di Spanyol, yang dalam hal
ini dipelopori oleh Muhammad Ibn Abd Al-Rahman (852-886) dan Al-Hakam II
Al-Muntashir (961-976).
Masyarakat Muslim Andalusia merupakan masyarakat majemuk,
terdiri dari berbagai komunitas, baik dari suku Arab Barat, Selatan maupun suku
Berber atau Moor.
Dengan ditegakkannya kebersamaan di antara
komunitas-komunitas tersebut,
maka mereka pun menjalin kerja sama sebaik-baiknya
sehingga mampu menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Selanjutnya pemerintah kekhalifahan membuat kebijaksanaan
guna menciptakan suasana yang kondusif melalui pembinaan toleransi beragama di
antara Muslim dengan non-Muslim, yaitu pemeluk agama Yahudi dan Kristen. Adapun tujuannya adalah agar mereka
bergairah membangun ukhuwah wathoniyah dalam kebersamaan, sehingga terbuka
akses untuk bersama-sama mewujudkan
peradaban Andalusia. Agar tujuan tersebut sukses adanya, bagi kaum Kristen dan Yahudi dipersilahkan menjalani
ibadah mereka masing-masing di gereja atau sinagog. Bahkan bagi mereka
disediakan pula peradilan
agama dengan hakim-hakim khusus dari puak mereka sendiri, yang dengan
demikian mereka diharapkan dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri sesuai dengan
ajaran agama mereka masing-masing.
Dengan cara demikian Andalusia menjadi kuat dan tingkat peradabannya pun
meningkat.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di
Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya antara Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak
abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung
barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan
gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam tampaknya terpecah namun pada jiwa mereka tertanam kesatuan
politik ketika menghadapi
serangan dari dunia luar.
Perpecahan politik pada masa Muluk
Al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu,
bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan
kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla,
Granada, dan Iain-lain berusaha menyaingi Cordoba. Kalau pun sebelumnya Cordoba
merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk
Al-Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya
justru lebih maju.
PUNCAK
PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA
Sejak mula pertama menjejakkan kakinya ditanah Spanyol hingga
jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, sekitar delapan abad lamanya,
Islam berhasil membangun
peradabannya di sana. Banyak prestasi yang mereka toreh, khususnya dalam bidang kemajuan
intelektual (filsafat, sains, teknologi,
fikih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra), kemegahan bangunan fisik (mesjid Mezquita Cordoba dan istana Al Hambra Granada).
Pembangunan Fasilitas umum
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian
umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar
dibangun. Bidang pertanian demikian juga,
seperti pembangunan sistem
irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang sebelumnya tidak dikenal. Dam-dam,
kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan.
Tempat-tempat yang tinggi, dengan cara
begitu, tentu akan mendapat
jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk
tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam)
dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun
dengan memperkenalkan roda air (water
wheel) asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol: Noria). Di
samping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan
jeruk, kebun zaitun dan
taman-taman.
Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga
merupakan tulang punggung ekonomi Andalusia
Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri
barang-barang tembikar.
Namun demikian,
pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordoba, kota
Al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun,
mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
Cordoba
Cordoba adalah ibu kota Hispana yang kemudian
diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan
diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah
kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon
dan: bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana
yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman
diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Salah satu bangunan kebanggaan Cordoba
adalah masjid Mezquita.
Jembatan besar
menuju Mezquita.
Mezquita
Cordoba dibangun pada tahun 786 M, atau 75 tahun setelah pasukan Islam
menguasai Spanyol. Khalifah Bani Umayyah, Abdurrahman III, memulai renovasi Mezquita
dengan menambahkan sejumlah 1293 pilar kayu berukir sebagai penopang, 19 pintu
berlapiskan perunggu yang dihiasi dengan ukiran yang menakjubkan. Hiasan
dindingnya diwarnai unsur flora serta inskripsi dari Al-Qur’an dalam bentuk
ukiran kapur, kaca, marmer, dan mozaik emas. Panjang Mezquita sekitar 175 m
dengan lebar 134 m, dan tinggi 20 m.
Jalan
sepanjang sungai yang menuju Mezquita ditanami deretan pohon jeruk dengan buah-buah
ranum yang berwarna oranye bergelantungan, seolah-olah menyambut jamaah yang
hendak memasuki patio de los naranjos Mezquita. Di dalam kompleks
Mezquita terdapat taman yang penuh dengan deretan pohon jeruk yang ditanami secara
simetris serta dikelilingi oleh
deretan pilar-pilar. Apabila angin semilir berembus kesegaran kompleks Mezquita terasa seolah-olah meningkat. Itulah peninggalan taman-taman jeruk bangsa Moor yang tertata demikian indah, menandakan di samping mereka memiliki rasa estetika yang demikian tinggi mereka pun sangat menyukai jeruk.
Kiri: Bagian interior
Mezquita dengan mihrab terletak di tengah. Lihat pilar di Mezquita dengan
lengkungan di atasnya, persis menyerupai pilar Masjid Nabawi di Madinah. Kanan:
patio de los naranjos Mezquita.
Mezquita
memiliki mihrab yang menghadap ke kiblat di Makkah. Mihrab menjadi bangunan sentral
Mezquita sebab merupakan tempat imam memimpin shalat, di samping sering
dimanfaatkan oleh umat untuk mendekatkan diri seraya memanjatkan doa ke hadirat
Allah SWT. Oleh umat Muslim Andalusia mihrab tersebut dibangun sedemikian indah
dan disertai ukiran khas Arab yang berwarna cerah.
Deretan
pilar di dalam Mezquita dengan sisi atas yang melengkung seperti tapal kuda, serta
diwarnai dengan garis-garis merah yang mengapit kotak-kotak putih, tampak begitu
indah. Penataan demikian mirip dengan pilar-pilar yang ada di Masjid Nabawi,
Madinah. Kekhasan tersebut ternyata hingga kini masih terlihat dan tampaknya
dipelihara oleh penguasa Spanyol dengan rapih, sekalipun Mezquita telah berubah
fungsi menjadi katedral.
Pada
masanya Mezquita sanggup menampung lebih dari sepuluh ribu umat untuk melakukan
shalat berjamaah. Pada masa itu pula, keagungan dan kehebatan Mezquita
mencerminkan kemakmuran dan kesejahteraan Andalusia. Kesemarakan Masjid
ditandai dengan 4700 buah lampu yang menerangi Masjid saat malam hari, dan itu membutuhkan
11 ton minyak per tahun.
Cordoba
yang saat itu merupakan ibukota Kekhalifahan Bani Umayyah bukan saja menjadi pusat
perdagangan melainkan pula sebagai pusat ilmu pengetahuan. Masjid bukan sekadar
tempat ibadah, tetapi juga pusat segala aktivitas. Ada sejumlah 170 wanita yang
berprofesi sebagai penulis Al-Qur’an. Khalifah menggratiskan anak-anak kaum
dhuafa untuk belajar di sekolah yang ada di Masjid. Perpustakaan Masjid Cordoba
menjadi ladang bagi orang-orang yang haus ilmu pengetahuan. Setiap tahun
perpustakaan dikunjungi lebih dari 400.000 orang. Tak hanya Muslim, tapi kaum
non Muslim pun turut mereguk ilmu dari perpustakaan. Salah satunya adalah Paus
Sylvester II, pemimpin kaum Katholik.
Perguruan
tinggi Islam Cordoba melahirkan begitu banyak ulama dan ilmuwan besar, di
antaranya Ibnu Rusyd (ahli fikih, filsuf dan dokter), Ibnu Hazm (sastrawan,
ahli fikih, juga pakar studi perbandingan agama), Al-Qurthubi (ahli tafsir),
Ibnu Bajjah (ahli matematika), Ibnu Thufayl (dokter dan filsuf), Al-Zahrawi
(ahli bedah) hingga Al-Idrisi, seorang kartografer dan geographer.
Gedung perpustakaan Ibnoe Rusyd di kompleks Mezquita.
Namun
setelah Raja Spanyol menaklukkan Cordoba kembali, semenjak itu pula umat Islam
dilarang shalat serta bersujud di Mezquita. Pada hal menurut Mansur Escudero,
yang juga adalah pemeluk Islam asli Spanyol, menegaskan bahwa umat Islam
Spanyol masih menganggap Mezquita Cordoba sebagai monumen Islam yang harus
dilestarikan. Jumlah Muslim di Spanyol kini telah mencapai 1 juta, dengan
demikian wajar apabila umat Islam berharap agar kehidupan beragama yang penuh
toleransi seperti sediakala di era Andalusia pulih kembali. Syangnya Uskup
Cordoba, Demetrio Fernandes, menolak upaya umat Muslim tersebut. Menurutnya hal
itu seperti berbagi istri antara dua suami. “Apakah mereka akan senang
untuk melakukan hal yang sama di masjid mereka?” katanya seperti dikutip CNN.
“Sama sekali tidak. Karena aku mengerti perasaan keagamaan mereka dan mereka
harus memahami kita juga. Perasaan religius adalah satu terdalam dalam hati
manusia, sehingga tidak mungkin untuk berbagi.”
Sangat
disayangkan ketika Mezquita diambil alih oleh Spanyol yang Kristen Katolik,
masjid itu pun diubah menjadi gereja. Akibatnya penataan ruangan terpaksa
disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan ibadah umat Katolik. Desain mihrab
yang dulunya didisain untuk keperluan imam menyampaikan khotbah, kini diubah
dengan penambahan altar unuk keperluan misa. Di dinding bagian atas terpampang
Salib dengan patung Jesus, lalu di kiri dan kanan di atas podium yang letaknya
agak tinggi, tempat pendeta berkhotbah, terpampang lukisan-lukisan. Bahkan semakin
ke dalam hingga di bagian tengah, banyak yang diubah, di sisi kanan dijadikan
ruangan berisikan bangku-bangku tinggi berukir, dan sisi kiri dijadikan ruang
terbuka yang menjadi pusat tempat misa. Di beberapa sisi yang merapat ke
dinding, dibuat sekatan membentuk kapel-kapel buat umat Katolik berdoa. Di
beberapa sisi terlihat ukiran-ukiran yang sengaja ditambahkan semenjak
diakuisisi menjadi gereja.
(http://l7.alamy.com/zooms/af5d3e9349e440b7820545c249e6cbde/catholic-altar-inside-the-mosquecathedral-of-cordoba-)
Ada
sebuah lukisan yang sengaja dipancang, yakni lukisan yang menggambarkan
takluknya penguasa Kekhalifahan Islam terakhir di Spanyol. Beberapa sosok
bersorban, sepertinya sultan saat itu, dilukiskan merunduk, menyerahkan kunci
kepada Raja yang berdiri angkuh. Tragis.
Granada
Granada adalah benteng pertahanan
terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan
pemikir Islam. Posisi Cordoba diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir
kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunan di Granada terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur bangsa
Moor di Andalusia yang Islam.
Kiri: Panorama Istana
Al Hambra Granada dengan latar belakang pegunungan Sierra Nevada.
Istana itu dikelilingi taman-taman
yang tidak kalah indahnya.
Di dalam kebun yang indah
terdapat kolam-kolam mandi. Pol ataman yang demikian pun dapat di saksikan di
Red Fort India, yang dibangun oleh Dinasti Moghuls yang juga Islam.
Interior istana Al Hambra dibangun untuk Mohammed ben
Al-Hamar pada abad ke-13, dinamakan the Palacios Nazaries karena
ditempati oleh para sultan Dinasti Nasrid hingga abad ke-15.
(http://www.planetware.com/photos-large/E/spain-alhambra-nasrid-palaces.jpg)
Kisah tentang kemajuan pembangunan
fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana
Al-Gazar, inenara Girilda, dan Iain-lain.
Kemajuan
Intelektual
Semenanjung
Iberia adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan kemakmuran yang pada gilirannya mendorong kelahiran para pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan
masyarakat majemuk, terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (mualaf Spanyol), Berber atau Moor
(Afrika Utara), al-Shaqalibah
(penduduk antara daerah Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman
dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi,
Kristen Muzareb yang berbudaya Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran
Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual
terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan
ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam
dikenal sebagai penganut Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah
Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya
yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya
di antaranya adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi, dan
Ibn Hazm yang terkenal.
Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang
sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad
ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada
abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn
Abd Al-Rahman (832-886 M).[32]
Atas inisiatif Al-Hakam (961 -976 M), karya-karya ilmiah
dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga, Cordoba dengan
perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai
pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol
adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah.
Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena
keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan
Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah
Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk
asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia
lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan
filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Akhir abad ke-12 M menjadi saksi
munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordoba. la lahir tahun 1126 M dan meninggal
tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah
Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang
keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid. Ibnu Rusyd
memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme ilmiah Aristotelian. Sikap
skeptis terhadap mistisisme adalah basis di mana ia menyerang filsafat
Al-Ghazali.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa
administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh
orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan
bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab,
baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn
Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali
Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai
kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap
kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya. la juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya
itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
Studi-studi musikal Islam, seperti
telah diprakarsai oleh para teoritikus al-Kindi, Avicenna dan Farabi, telah
diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin sampai periode pencerahan Eropa.
Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200, Gundi Salvus,
Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de Fulda, dan George Reish dan Iain-lain,
menunjuk kepada terjemahan Latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua
bukunya yang paling sering disebut adalah De
Scientiis dan De
Ortu Scientiarum.
Tari Flamenco yang
terkenal dengan detak sepatu si penari, perhatikan mimik mukanya yang
berubah-ubah terkesan serius dalam penghayatan ceritera yang dibawakannya.
Biasanya diiringi oleh petikan guitar Spanyol.
(http://www.letsgotospain-event.com/images/)
Musik Muslim juga disebarluaskan ke seluruh benua Eropa
oleh para “penyanyi-pengembara” dari periode pertengahan ini memperkenalkan
banyak instrumen dan elemen-elemen musik Islami. Instrumen-instrumen yang lebih
terkenal adalah lute (al-lud),
pandore (tanbur)
dan gitar (gitara).
Kontribusi Muslim yang penting terhadap warisan musik Barat adalah musik
mensural dan nilai-nilai mensural dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris di
Inggris berasal dari Moorish mentas (Morise).
Spanyol banyak menerapkan model-model musikal untuk sajak dan rima syair dari
kebudayaan Muslim.
Banyak risalah musikal yang telah di
tulis oleh para tokoh Islam seperti Nasiruddin Tusi dan Qutubuddin Asy-Syairazi
yang lebih banyak menyusun teori-teori musik.
Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia
dan Iain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam
ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca
dari batu. Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. la dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. la
juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata
surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordoba adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz
adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Fisika. Kitab
Mizanul Hikmah (The
Scale of Wisdom), ditulis oleh Abdul Rahman al-Khazini pada tahun
1121, adalah satu karya fundamental dalam ilmu fisika di Abad Pertengahan,
mewujudkan “tabel berat jenis benda cair dan padat dan berbagai teori dan
kenyataan yang berhubungan dengan fisika.
Trigonometri Pengantar kepada risalah astronomi
dari Jabir ibnu Aflah, dari Seville, ditulis oleh Islah al-Majisti pada
pertengahan abad dua belas, berisi tentang teori-teori trigonometrikal. Hasan
al-Marrakusyi telah melengkapi pada tahun 1229 di Maroko, suatu risalah
astronomi dengan informasi trigonometri. Karyanya tersebut berisi “tabel sinus
untuk setiap setengah derajat, juga tabel untuk mengenal benar-benar sinus, arc
sinus dan arc cotangen”
Observatorium Maragha, berdiri pada tahun 1259 di
Azerbaijan, Persia, menjadi pusat studi astronomi dan alat-alat (baru) atau
untuk memperbaiki alat-alat astronomi, kreatif dan terkenal untuk suatu periode
yang singkat. Pusat yang menarik bagi ahli astronomi dan pembuat alat-alat
astronomi dari Persia dan mungkin Cina.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian
barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228
M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn
Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn
Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari
Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat
tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.
Geografi.
Zamakhsyari (wafat 1144) seorang Persia, menulis Kitabul Amkina waljibal wal Miyah (The Book of Places, Mountains and
Waters). Yaqut menulis Mu’jamul
Buldan (The
Persian Book of Places), tahun 1228, berupa suatu daftar ekstensif
data-data geografis menurut abjad termasuk fakta-fakta atas manusia dan
geografi alam, arkeologi, astronomi, fisika dan geografi sejarah. Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), karya
al-Qazwini, tahun 1262, ditulis dalam tujuh bagian yang berkaitan dengan iklim.
Muhammad ibnu Ali az-Zuhri dari Spanyol, menulis satu risalah teori geografi
setelah tahun 1140. Al-Idrisi dari Sisilia, menulis untuk raja Normandia, Roger
II, yang kemudian diketahui sebagai sebuah deskripsi geografi yang paling
teliti di dunia. Ia juga menggubah ensiklopedia geografi antara tahun 1154 dan
1166 untuk William I. Al-Mazini di Granada telah menulis geografi Islam Timur
dan daerah Volga; keduanya didasarkan atas perjalanannya.
PENGARUH
PERADABAN ISLAM ANDALUSIA TERHADAP EROPA
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini
banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di
periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa,
seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol
Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa
menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun
perekonomian, dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan
kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di
samping bangunan fisik.[50] Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn
Rusyd (1120-1198 M). la melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan
berpikir. la mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat
semua orang yang berpikiran bebas. la mengedepankan sunnatullah menurut
pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian
besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn
Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran
rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian
lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[51] 41
Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Vinesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500
M. Bahkan, edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya
juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg,
dan di awal abad ke-17 M di Jenewa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran
Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang
belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordoba,
Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka
aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan
itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan
universitas yang sama. Universitas pertama eropa adalah Universitas Paris yang
didirikan pada tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di
akhir zaman Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam
universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari
universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti,
dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran
Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani
di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini
adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol
dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan
penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan
Yunani klasik (renaissance)
pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar